Minggu, 11 November 2012

Do'a Tiap Gerakan Wudhu


1. Doa membasuh dua telapak tangan: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ اْلمَاءَ طَهُوْرًا
Artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang menjadikan air itu suci.

2. Doa ketika berkumur:
اَللَّهُمَّ اَسْـقِـنِى مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأْسًا لاَ أَظْمَأُ بَعْدَهاَ أَبَدًا
Artinya: Ya Allah, curahkan segelas air dari telaga Nabimu Muhammad SAW yang tidak akan kehausan setelah itu selama-lamanya.
3. Doa membasuh hidung:

اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنِى رَائِحَةَ جَـنَّتِكَ

Ya Allah, janganlah Engkau haramkan aku mencium harumnya surgaMu.

4. Doa ketika membasuh muka:
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ
Artinya: Ya Allah! beri cahaya di wajahku pada hari bercahaya.

5. . Doa saat mencuci tangan kanan:
اَللَّهُمَّ اَعْطِنِى كِتاَبِى بِيَمِيْنِى وَحَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيْرًا
Artinya: Ya Allah! berikanlah kepadaku kitabku dari sebelah kanan dan hitunglah amalanku dengan perhitungan yang mudah.

Doa saat mencuci tangan kiri:

اَللَّهُمَّ لاَ تُعْطِنِى كِتاَبِى مِنْ يَساَرِىْ وَ لاَ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِىْ
Artinya: Ya Allah! aku berlindung denganMu dari menerima kitab amalanku dari sebelah kiri atau dari sebelah belakang.

6. Doa saat membasahi kepala:
اَللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ مِنَ النَّارِ وَاَظِلَّنِي تَحْتَ عَرْشِكَ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّكَ
Artinya: Ya Allah, haramkan rambutku dan kulitku dari neraka dan lindungilah aku dari ArsyMu pada hari tidak ada perlindungan kecuali perlindunganMu.

7. Doa membasuh dua telinga:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ اْلقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ

Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan kata dan mengikuti sesuatu yang terbaik.

8. Doa saat membasuh dua telapak kaki:

اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمَّي عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيْهِ اْلاَقْدَامُ
Artinya: Ya Allah, mantapkan kedua kakiku di atas titian (shirothol mustaqim) pada hari dimana banyak kaki-kaki yang tergelincir.

9. Doa setelah berwudhu :
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ اْلمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad itu hamba dan utusanNya. Ya Allah! Jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bersuci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang soleh. (fn/ki/ai) www.suaramedia.com

Rabu, 07 November 2012

Enaknya Puasa Daud

zakat-maal

AddThis Social Bookmark Button
Cetak PDF
Puasa DaudSegala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya. Dalam postingan-postingan sebelumnya, kami telah menyinggung mengenai beberapa puasa sunnah, juga membahas keutamaannya. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyajikan materi puasa lainnya yaitu mengenai puasa Daud. Puasa Daud adalah melakukan puasa sehari, dan keesokan harinya tidak berpuasa. Semoga bermanfaat. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam  malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.”[1]
Faedah hadits:
1. Hadits ini menerangkan keutamaan puasa Daud yaitu berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) keesokan harinya. Inilah puasa yang paling dicintai di sisi Allah dan tidak ada lagi puasa yang lebih baik dari itu.
2. Di antara faedah puasa Daud adalah menunaikan hak Allah dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dan menunaikan hak badan yaitu dengan mengistirahatkannya (dari makan).
3. Ibadah begitu banyak ragamnya, begitu pula dengan kewajiban yang mesti ditunaikan seorang hamba begitu banyak. Jika seseorang berpuasa setiap hari tanpa henti, maka pasti ia akan meninggalkan beberapa kewajiban. Sehingga dengan menunaikan puasa Daud (sehari berpuasa, sehari tidak), seseorang akan lebih memperhatikan kewajiban-kewajibannya dan ia dapat meletakkan sesuatu sesuai dengan porsi yang benar.
4. Abdullah bin 'Amr sangat semangat melakukan ketaatan. Ia ingin melaksanakan puasa setiap hari tanpa henti, begitu pula ia ingin shalat malam semalam suntuk. Karena ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarangnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi solusi padanya dengan yang lebih baik. Untuk puasa beliau sarankan padanya untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya. Namun Abdullah bin 'Amr ngotot ingin mengerjakan lebih dari itu. Lalu beliau beri solusi agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa keesokan harinya. Lalu tidak ada lagi yang lebih afdhol dari itu. Begitu pula dengan shalat malam, Nabi shallallallahu 'alaihi wa sallam memberi petunjuk seperti shalat Nabi Daud. Nabi Daud ‘alaihis salam biasa tidur di pertengahan malam pertama hingga sepertiga malam terakhir. Lalu beliau bangun dan mengerjakan shalat hingga seperenam malam terkahir. Setelah itu beliau tidur kembali untuk mengistirahatkan badannya supaya semangat melaksanakan shalat Fajr, berdzikir dan beristigfar di waktu sahur.
5. Berlebih-lebihan hingga melampaui batas dari keadilan dan pertengahan dalam beramal ketika beribadah termasuk bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) yang tercela. Hal ini dikarenakan menyelisihi petunjuk Nabawi dan juga dapat melalaikan dari berbagai kewajiban lainnya. Hal ini dapat menyebabkan seseorang malas, kurang semangat dan lemas ketika melaksanakan ibadah lainnya. Ingatlah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
6. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa. ... Wallahul Muwaffiq.”[2]
7. Tidak mengapa jika puasa Daud bertepatan pada hari Jumat atau hari Sabtu karena ketika yang diniatkan adalah melakukan puasa Daud dan bukan melakukan puasa hari Jumat atau hari Sabtu secara khusus.

Referensi:

Faedah ilmu ketika safar, 13 Rabi'ul Akhir 1431 H (29/03/2010), Via BB.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com

Sabtu, 22 September 2012

Lirik dan Makna Syiiran Gus Dur


Astaghfirullah robbal barooya
Astaghfirullah minal khotoya
Robbi zidniy ‘ilman nafi’a

Wa wafiqny ‘amalan sholiha

Aku memohon ampun Ya Allah, Maha penerima taubat
Aku memohon ampun Ya Allah dari pada segala dosa,
Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna, berikanlah aku amalan yang dimakbulkan,
Kurniakan kepadaku rezeki yg meluas, terimalah taubat kami dgn taubat nasuha…

Ya Rasulallah... salamun'alaik
Ya rafi’asyani waddaraji
‘Atfata yaji rotal 'alami
Ya uhailalju diwal karomi


Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran
Kelawan muji maring pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo pitungan 2X



Aku mulai merapalkan syair
Dengan memuji kepada Tuhan
Yang telah memberikan rahmat dan kenikmatan
Siang dan malam tanpa hitungan 

Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syare’at bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro


Wahai teman-teman pria wanita
Jangan hanya mengkaji syariat saja
Hanya bisa mendongeng, menulis, dan membaca
Pada akhirnya akan sengsara (2x)

Akeh kang apal Qur’an Haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe gak digatekke
Yen isih kotor ati akale 2X


Banyak yang hafal Qur’an-Haditsnya
Suka mengkafirkan kepada lainnya
Kafirnya diri sendiri tidak diperhatikan
Kalau masih kotor hati dan akalnya (2x)

Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nistho 2X


Mudah terbujuk nafsu angkara
Dalam perhiasan megahnya dunia
Iri dan dengki atas kekayaan tetangga
Karena itulah hatinya gelap dan nista (2x)

Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhite
Baguse sangu mulyo matine 2X


Mari saudara jangan lupakan
Kewajiban mengkaji disemua runtutannya
Untuk menebalkan iman tauhidnya
Bagusnya pesangon mulia matinya (2x)

Kang aran soleh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma’rifate
Ugo hakekot manjing rasane 2 X


Yang disebut shaleh bagus hatinya
Karena telah menetap ilmu sirri-nya (ilmu rahasia ke-Tuhanan)
Tindakan tarekat dan ma’rifatnya
Juga hakekat telah merasuk rasanya (2x)

Al-Qur'an qodim wahyu minulyo
Tanpo ditulis biso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing jero dodo 2X


Al-Qur’an qadim, wahyu yang mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu petuah guru yang waskita (ma’rifat)
Ditancapkan di dalam dada (2x)

Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu’jizat Rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman 2 X


Menempel hati dan pikiran
Merasuk di badan, semua jeroan (badan bagian dalam)
Mu'jizat Rasul menjadi pedoman
Menjadi jalan masuknya iman (2x)

Kelawan Allah kang Moho Suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadhohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X


Terhadap Allah yang Maha Suci
Harus berangkulan siang dan malam
Ditirakati, diriyadhahi (bersusah-payah)
Dzikir dan suluk (jalan menuju Tuhan) jangan sampai terlupa (2x)

Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran 2X


Hidupnya tenang merasa aman
Adanya rasa (aman) tanda kalau beriman
Sabar, menerima walaupun pas-pasan
Semua itu ditakdirkan oleh Tuhan (2x)

Kelawan konco dulur lan tonggo
Kang podo rukun ojo ngesio
Iku sunnahe Rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito


Terhadap teman, saudara dan tetangga
Hendaknya rukun jangan saling mendengki
Itulah sunnah Rasul yang mulia
Nabi Muhammad tuntunan kita (2x)

Ayo anglakoni sakabehane
Allah kang bakal ngangkat drajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate 2X


Mari laksanakan semuanya
Allah yang akan mengangkat derajatnya
Meskipun terlihat rendah tata lahirnya
Tapi (sebenarnya) mulia kedudukan derajatnya (2x)

Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese 2X


Apabila meninggal nanti diakhirnya
Tidak tersesat roh dan sukmanya
Di gadhang (sukai-angkat) oleh Allah, surgalah tempatnya
Tetap utuh mayitnya juga kafannya (2x)

Ya Rasulallah... salamun'alaik
Ya rafi’asyani waddaraji
‘Atfata yaji rotal 'alami
Ya uhailalju diwal karomi

Download Syiiran Gus Dur (Gus Dur Nembang)

Minggu, 16 September 2012

Turunnya Dajjal dan Hikmahnya


1.1.           Turunnya Dajjal dan Hikmahnya
Dajjal berasal dari kata dajjala artinya menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa di sebut dajjal. Menurut salah satu pendapat ia disebut dajjal karena ia adalah pembohong yamg menutupi kebenaran dengan kepalsuan.
    Dalam Menurut sebuah hadits, dajjal di gambarkan sebagai laki-laki     berbadan  besar, berkulit merah, pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah kanan buta dan matanya ini tidak menonjol juga tidak tenggelam seperti buah anggur yang masak dan mata sebelah kirinya di tumbuhi daging tebal pada sudutnya. Diantara kedua ma     tanya terdapat tulisan hiruf kaf,fa,ro, secara terpisah atau tulisan kafir secara berangkai ia juga mandul (tidak memilik anak).
Dajjal juga disebut dengan nama Al Masih karena salah satu matanya    terusap/ tertutup (artinya: buta sebelah). Disebutkan pula bahwa ia dinamakan Al Masih karena dia mengusap/ melewati bumi selama empat puluh hari. Al Masih sendiri kadang ditujukan pada orang yang shidiq (jujur) yaitu‘Isa AS dan kadang pula Al Masih dimaksudkan untuk orang yang sesat lagi dusta yaitu Dajjal yang matanya buta sebelah.
Keluarnya Dajjal merupakan di antara tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan oleh Dajjal adalah seberat-beratnya ujian yang akan dihadapi manusia

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan,
مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ خَلْقٌ أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
Artinya : "Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal." (HR. Muslim no. 2946)
An Nawawi rahimahullah menerangkan, “Yang dimaksud di sini adalah tidak ada fitnah dan masalah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal.” Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata, Rasulullah SAW berdiri di hadapan manusia lalu memuji AllahSWT karena memang Dialah satu-satunya yang berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal. Beliau bersabda,
إِنِّى لأُنْذِرُكُمُوهُ ، وَمَا مِنْ نَبِىٍّ إِلاَّ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ ، لَقَدْ أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ ، وَلَكِنِّى أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِىٌّ لِقَوْمِهِ ، تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
Artinya : "Aku akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihis salam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta". (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
مَا بُعِثَ نَبِىٌّ إِلاَّ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الْكَذَّابَ ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ ،
 وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ
Artinya : Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwasanya dajjal itu buta sebelah, sedangkan Rabb kalian tidak buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya “KAAFIR”. (HR. Bukhari)
Dalam hadits-hadits yang menerangkan tentang dajjal, disebutkan bahwa yang menjadi pengikut dajjal bukan hanya kaum kafir, tetapi tujuh puluh ribu umat Nabi Muhammad SAW pun akan mengikuti dajjal yang munculnya disebelah timur. Rasululloh mengatakan bahwa sejak Allah menciptakan Adam, tidak ada fitnah di muka bumi yang lebih besar dari fitnahnya dajjal. Dajjal akan membawa api dan dua sungai, yang satu penuh dengan air dan satu lagi penuh dengan api, gunung roti dan sungai penuh dengan air. Dajjal akan muncul membawa semacam surga dan neraka, surga penuh dengan asap dan nerakanya adalah kebun yang menghijau.
Salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang kecepatan perjalanan dajjal. Nabi menjawab bahwa kecepatan perjalanan dajjal adalah seperti awan yang ditiup angin, bumi akan digulung untuknya dan akan menggenggam awan di tangan kanannya.
Dajjal disebutkan memiliki keajaiban menyembuhkan orang buta, lepra dan menghidupkan orang mati. Orang yang tipis iman dan tidak memiliki pengetahuan agama yang mendalam akan mudah melepaskan keyakinannya dan berganti dengan menyembah dajjal.
Tanda-tanda lain mengenai kemunculan dajjal adalah banyaknya anak lahir dari hasil perzinaan dan penampilan laki-laki menyerupai perempuan dan perempuan berpenampilan seperti laki-laki.
Sebagian hadits mengenai Dajjal telah dikemukakan di atas. Intinya, semua hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa di akhir zaman, akan muncul Dajjal. Berita tentang Dajjal ini diriwayatkan dalam riwayat yang amat banyak, sampai derajat mutawatir. Hadits-hadits yang membicarakan tentang Dajjal pun berasal dari kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu, orang yang meragukan tentang hal ini, dialah yang sungguh aneh.
Al Qodhi mengatakan, “Hadits-hadits yang disebutkan oleh Imam Muslim dan selainnya mengenai kisah Dajjal benar-benar sebagai hujjah bagi madzhab yang berada di atas kebenaran bahwa Dajjal benar adanya. Dajjal adalah benar-benar manusia. Allah mendatangkannya untuk menguji para hamba-Nya. Allah SWT memberikan pada Dajjal berbagai ilahiyah (ketuhanan), yaitu dengan menghidupkan mayit yang sebelumnya ia matikan, menumbuhkan tanaman, menyuburkan tanah dan kebun, menjadikan api dan dua macam sungai.
Dajjal sangat cerdik, lihai dan profesional. Ia mengajak orang berbuat maksiat yang dibungkus dengan keindahan. Mengajak manusia meraih kebahagiaan, padahal sebenarnya adalah kesengsaraan.
 Dajjal pun akan mengeluarkan berbagai macam perbendaharaan di dalam bumi, ia akan menurunkan hujan dari langit, dan tanah pun akan tumbuh tanaman. Ini semua dilakukan atas kuasa dan kehendak Allah. Kemudian setelah itu, Allah SWT membuat ia tidak bisa berbuat apa-apa. Namun tidak ada yang bisa membunuh Dajjal dan menghancurkan berbagai urusannya melainkan ‘Isa AS. Allah SWT pun akhirnya mengokohkan hati orang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah, keyakinan para pakar hadits, para fuqoha dan para ulama peneliti lainnya.”
Kalau kita sadari, ciri-ciri kemunculan dajjal yang sesuai dengan hadits Rasululloh sebetulnya sudah nampak pada masa sekarang. Ciri atau tanda-tanda kemunculan dajjal tidak hanya kita fahami secara harfiah saja, tetapi juga harus diartikan dengan penafsiran kontekstual.
Hikmah diturunkan dajjal diantaranya adalah :
1.      Memperingatkan manusia agar selalu berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran.
2.      Menambah keimanan bagi manusia bahwa hari kiamat itu pasti ada.
3.      Mengingatkan kepada manusia bahwa ciri-ciri dajjal itu bermata satu /juling /buta sebelah.
4.      Keluarnya dajjal merupakan tanda-tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan oleh dajjal adalah seberat beratnya ujian yang akan dihadapi manusia.
5.      Mengingatkan manusia untuk selalu mawas diri, berusaha melawan dajjal dengan berperilaku sebagaimana akhlak seorang muslim/muslimah.

Pengertian Isro' Mi'roj


1.1.Pengertian Isra’ Mi’raj dan hikmahnya
a.      Pengertian Isra’ Mi’raj
Menurut Bahasa Isra’ adalah “ berjalan di waktu malam “, sedangkan menurut istilah yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW di waktu malam dari Masjidil Haram mekah  hingga Masjidil Aqsa palestina, bertepatan dengan malam 27 Rajab satu tahun sebelum hijrahnya nabi. ( banyak pendapat ulama ). Allah SWT berfirman:
  
Artinya : Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS.Al-Israa: 1)
Mi’raj menurut bahasa adalah “alat untuk naik (tangga), sedangkan secara istilah mi’raj yaitu Nabi Muhammad SAW dinaikkan dari masjidil aqsha ke langit sampai ke Sidratul Muntaha (Sidratul Muntaha berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara. Sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan). Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Allah SWT berfirman :

Artinya : dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha ( QS.An-Najm: 13-14 )
Peristiwa mi’raj juga terjadi pada malam 27 Rajab, jadi mi’raj adalah sebagai kelanjutan isra’ yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam waktu satu malam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ini, terjadi pada tahun ke-12 dari kerasulannya atau satu tahun sebelum Nabi Hijrah, tepatnya tahun 622 Masehi. Peristiwa tersebut merupakan bagian paling rumit, unik dan sangat sulit otak manusia menerimanya, Lebih pada saat itu, Taraf pemikiran manusia pada saat itu masih sangat sederhana. Pemikiran mereka baru sampai pada masalah-masalah sederhana, dangkal dan bersifat spekulatif.  Tanggapan masyarakat tentang peristiwa Isra’ Mi’raj beraneka macam. Terdapat tiga kelompok kelompok dalam peristiwa ini, yaitu :
·         Kelompok yang membenarkan sepenuhnya peristiwa itu. (sahabat-sahabat yang memang mendapat petunjuk Allah. Prasangka baik dari hati mereka lebih kuat dan menonjol daripada kekuatan piker yang cenderung untuk ragu-ragu.
·         Kelompok yang ragu-ragu terhadap peristiwa itu. (kelompok sahabat maupun sejumlah pengikut Islam yang dikategorikan setengah berisi. Sikap ragu mereka sebagian melahirkan sikap murtad)
·         Kelompok yang terang-terangan menolak peristiwa itu. (kelompok masyarakat yang pada dasarnya sudah tidak percaya pada ajaran Islam)
Az-Zahri dan Urwah telah meriwayatkan, bahwa pada pagi hari  setelah Rasululloh SAW di Isra’ Mi’rajkan, ketika peristiwa itu diceritakan kepada orang-orang Quraisy, mereka banyak yang tidak mempercayainya, bahkan mereka mengadakan reaksi membuat fitnah yang keras. Dalam hal ini, mereka pergi menuju Abu Bakar As-sidik untuk memberitahu tentang apa yang dikisahkan oleh Muhammad dengan berkata : “Wahai Abu Bakar, teman anda Muhammad sudah gila, ia mengaku-aku telah pergi ke Bitul Muqaddas kemudian naik kelangit sampai ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi sebelum waktu pagi, adakah anda mempercayainya?” Abu Bakar menjawab : “Kalau memang Muhammad berkata begitu, maka aku mempercayainya”. “Engkau percaya dengan dia?, tanya mereka. Abu Bakar dengan tegas menjawab : “Ya aku percaya, dan itu pasti benar”. Maka dari peristiwa inilah Abu Bakar disebut dengan sebutan “Ash Shiddiq”.
Kalau kita teliti dari kacamata agama, peristiwa isra’ mi’raj ini termasuk salah satu mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang luar biasa. Tidak ada manusia yang dapat melaksanakan kecuali Nabi SAW.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga dan terhormat, karena ketika itu shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasululloh SAW bersedih.
b.      Latar belakang terjadinya Isra’ Mi’raj
Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, agama Islam sudah berumur 11 tahun lebih dan pengikutnya sudah ratusan jumlahnya. Menurut sejarah Islam, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW terjadi pada tahun ke 12 dari kerasulannya. Dalam sejarah Nabi disebutkan bahwa selama 12 tahun dari kerasulan adalah merupakan detik-detik berbahaya. Istri Nabi, Siti Khadijah binti Khuwailid sebagai pendamping dalam perjuangan dan Abu Thalib paman Nabi sebagai tulang punggungnya secara beruntung dipanggil kehadirat Allah SWT.
Keadaan yang mencekam beliau ini cukup membuat kemelut dalam perjuangan dan mengganggu kestabilan. Peristiwa ini benar-benar membuat kondisi Nabi menjadi kritis. Kritis dalam perbuatan karena bendaharawan juang telah tiada, kritis dalam berperang karena pelindung telah berpulang, kritis psikologis karena kematian pamannya belum membawa iman yang diharapkan.
Dari fakta sejarah ini para ulama berpendapat bahwa peristiwa kematian istri dan paman Nabi merupakan latar belakang dan kausalitas pada proses terjadinya Isra’ Mi’raj.  
            c.       Riwayat Isra’ Mi’raj
-          Riwayat Isra’
Menurut banyak keterangan, diriwayatkan bahwa perjalanan Isra’ dimulai ketika suatu malam Nabi sedang tidur di Hijr (dekat ka’bah). Malaikat jibril membangunkan Nabi sampai tiga kali, ketika Nabi terbangun dari tidurnya melihat ada seekor hewan yang putih antara bagal dan himar, pada kedua pahanya ada dua buah sayap yang menambah cepat jalan kedua kakinya.

Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad SAW dimulai dengan pesucian hati. Disebutkan sebelum dibawa Malaikat Jibril, Nabi dibaringkan lalu dibelah dadanya dan dibersihkan hatinya dengan air zam zam. Apakah hati Rosululloh kotor? Pernahkah Rosululloh berbuat dosa? Apakah Rosululloh punya penyakit dendam, iri, dengki atau berbagai penyakit hati lainnya? Dapat kita fahami dan kita ambil pengertian bahwa dicuci hati Nabi bukan dari kotoran dosa atau ma’siat. Yang dimaksud dicuci disini adalah dikikis habis dari sifat-sifat yang tercela yang ada pada hati manusia biasa. Karena sifat-sifat itu adalah penghalang dalam menghadapi masa-masa perjuangan seorang pemimpin apalagi seorang Rasul.

Rosululloh adalah sosok “Uswah”, pribadi yang hadir di tengah-tengah umat tidak saja sebagai mubaligh (penyampai) melainkan sosok pribadi unggulan yang harus menjadi percontohan bagi yang mengaku pengikutnya. “Laqod kaana lakum fii  Rosulillahi uswatun hasanah”. Memang betul, sebelum  melakukan perjalanan haruslah membersihkan hati. Sungguh, kita semua sedang dalam perjalanan. Perjalanan “suci” yang seharusnya dibangun dalam suasana “kefitrahan”. Berjalan dariNya dan menuju kepadaNya. Dalam perjalanan ini diperlukan lentera, cahaya atau petunjuk agar selamat menempuhnya. Dan hati yang intinya sebagai “nurani” itulah lentera perjalanan hidup.

Cahaya ini berpusat pada hati seseorang yang ternyata juga dilengkapi oleh gesekan-gesekan “karat” kehidupan (fa alhamaha fujuuroha). Semakin kuat gesekan karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya (taqawaaha). Dan oleh karenanya, disetiap saat dan kesempatan diperlukan pembersihan, diperlukan air zamzam untuk membasuh kotoran-kotoran hati yang melekat. Hanya dengan itu, hati akan bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh hati inilah yang kemudian menjadi “penentu” baik atau tidaknya seseorang pemilik hati.

ألا إن في الجسد مضغة، إذا صلحت صلحت سير عمله، وإذا فسدت فسدت سير عمله.
Disebutkan bahwa hati manusia awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan tiada noda sedikitpun. Namun karena manusia, setiap kali melakukan dosa-dosa setiap kali pula terjatuh
Noda hitam pada hati, yang pada akhirnya menjadikannya hitam pekat. Kalaulah saja, manusia yang hatinya hitam pekat tersebut tidak sadar dan bahkan menambah dosa dan noda, maka akhirnya Allah akan membalik hati tersebut. Hati yang terbalik inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh api neraka. Dalam Al Qur'an, Allah berfirman: 
  
Artinya: Sungguh beruntung siapa yang mensucikannya, dan sungguh merugi  siapa yang mengotorinya".(QS.Asy Syams. 9-10)
Maka sungguh perjalanan ini hanya akan bisa menuju "ilahi" dengan senantiasa membersihkan jiwa dan hati kita, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah sebelum perjalanan sucinya tersebut.
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad SAW dimulai dengan sholat sebagai rasa syukur di masjidil haram, dilanjutkan ke Thaibah (yatsrib/Madinah, daerah kemudian Nabi hijrah), Madyan (pohon Nabi Musa), Gunung tursina ( tempat Nabi Musa menerima wahyu langsung dari Allah) dan Baitullaham (betlehem/tempat kelahiran Nabi Isa AS). Pada setiap tempat itu Nabi SAW melaksanakan sholat sunnah dua rakaat. Pada perjalanan ini, Nabi juga diperlihatkan gambaran-gambaran tentang umatnya pada masa yang akan datang, kemudian perjalanan diakhiri dengan melaksanakan sholat di Baitul Muqoddas (masjidil Aqsho).
           Riwayat Mi’raj
Perjalanan Isra’ Nabi SAW diakhiri dengan sholat berjama’ah dengan ruh para Nabi (kecuali Isa bin Maryam AS) di Baitulmuqoddas (Masjidil Aqsha). Setelah sholat berjama’ah dilanjutkan dengan pidato sambutan dari para Nabi secara bergantian dan Nabi Muhammad SAW mendapatkan giliran terakhir. Setelah Nabi selesai mengungkapkan syukur kepada Allah, datanglah bidadari dengan membawa baki berisi dua gelas minuman. Segelas berisi susu dan segelas lagi berisi arak. Nabi memilih susu, kemudian Nabi meminumnya. Ketika itu Malaikat Jibril berkata :”tepat sekali pilihanmu ya Muhammad, minuman itu cocok sekali bagi fitrah manusia, sejak ia lahir minum susu ibu, murni, asli dan bergizi. Seandainya engkau memilih arak maka umatmu banyak yang mendurhakaimu dan sedikit sekali yang mengikutimu”.

Setelah Nabi-nabi mengucapkan pidato sambutan, kemudian mereka meninggalkan Masjidil Aqsha. Nabi Muhammad bersama Jibril dan Mikail keluar meninggalkan masjid, di halaman masjid ada sebuah batu besar, diatas batu itulah diletakkan sebuah alat semisal tangga untuk naik ke langit. Tangga itu mempunyai anak tangga sepuluh buah. Ujung bawah tangga itu terletak diatas batu shakhroh atau batu besar. Ketika diinjak anak tangga yang pertama maka akan langsung mencapai langit pertama begitu seterusnya.

Dengan mengucap basmallah Nabi menaiki tangga itu bersama jibril maka dengan seketika itu telah berada dilangit pertama dimuka pintu gerbang langit pertama “Babul Hafzhah”, disitu berdiri malaikat pengawal langit pertama yang bernama Ismail yang mempunyai anak buah 70.000 Malaikat dan tiap-tiap Malaikat memiliki 70.000 Malaikat. Dilangit pertama Nabi berjumpa dengan dengan Nabi Idris AS, langit kedua dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS,  langit ketiga dengan Nabi Yusuf AS, langit keempat dengan Nabi Idris AS, langit kelima dengan Nabi Harun AS, langit ke enam dengan Nabi Musa AS dan langit ketujuh dengan Nabi Ibrahim AS.

Kemudian dari langit ke tujuh Nabi di ajak ke Sidratul Muntaha.karena sampai batas inilah segala amal anak Adam di peroleh malaikat dari bumi. Di Sidratul muntaha ada surga dan Nabi melihat keadaan itu benar-benar terpesona,sungguh berbahagia sekali Nabi Muhammad dengan Isro’ dan Mi’rojnya Beliau diberi kesempatan keadaan surga dari dekat agar dapat di ceritakan kepada Umatnya sehingga mereka tambah beriman dan tambah keyakinannya.Kemudian Nabi di ajak melihat keadaan neraka, menurut Nabi neraka adalah tempat penyiksaan. Di dalamnya ada gunung-gunung, ada sungai dan telaga dan jurang-jurang. Air sungai neraka selalu panas dan mendidih, airnya ada dari cairan timah panas, cairan tembaga merah membara, air nanah yang sangat busuk dan bau anyir  darah.
Kemudian Nabi menuju Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha adalah pohon bidara yang tidak berduri. Sebuah pohon raksasa yang tumbuh di langit ketujuh. Hanya Alloh yang mengetahui besarnya pohon itu.
Disinilah terjadi dialog antara Nabi dengan Alloh, diantara dialognya adalah tentang sholat lima waktu yang beliau tawar sampai sembilan kali mulai dari 50 rokaat menjadi 5 rokaat.
Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, dan dengan segera pula beliau kembali menuju alam kekiniannya. Rasulullah sungguh sadar bahwa betapapun ni'matnya berhadapan langsung dengan Yang Maha Kuasa di suatu tempat yang agung nan suci, betapa ni'mat menyaksikan dan mengelilingi surga, tapi kenyataannya beliau memiliki tanggung jawab duniawi. Untuk itu, semua kesenangan dan keni'matan yang dirasakan malam itu, harus ditinggalkan untuk kembali ke dunia beliau melanjutkan amanah perjuangan yang masih harus diembannya.
Inilah sikap seorang Muslim. Kita dituntut untuk turun ke bumi ini dengan membawa bekal shalat yang kokoh. Shalat berintikan "dzikir", dan karenanya dengan bekal dzikir inilah kita melanjutkan ayunan langkah kaki menelusuri lorong-lorong kehidupan menuju kepada ridhaNya. "Wadzkurullaha katsiira" (dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak), pesan Allah kepada kita di saat kita bertebaran mencari "fadhalNya" dipermukaan bumi ini.
Persis seperti Rasulullah SAW membawa bekal shalat 5 waktu berjalan kembali menuju bumi setelah melakukan serangkaian perjalanan suci ke atas (Mi'raj). 
Demikianlah akhir kisah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, pada malam itu. Bagi mereka yang hatinya berisi cahaya “iman” seperti Abu Bakar, Sayidina Ali dan sahabat Nabi yang lain mereka membenarkan Nabi dan menambah iman serta keyakinan mereka. Akan tetapi bagi mereka yang hatinya tertutup oleh kegelapan dan kekufuran, mereka lalu ingkar dan bertambah kekufuran mereka.
d                         Hikmah Isra’ Mi’raj
                  Setelah kita pahami kisah Isra’ Mi’raj, ada beberapa hikmah yang sangat penting, yaitu bahwa               di dalam perjuangan menghadapi kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat :
1.      Menguatkan iman yang ada dalam dada kita, sehingga tidak mudah terpengaruh atau terpancing oleh keadaan dan lingkungan yang tidak menguntungkan.
2.      Nabi Muhammad SAW untuk menerima perintah sholat, Nabi dipanggil sendiri ke hadirat Allah SWT. Tidak seperti perintah-perintah yang lainnya yang cukup dengan perantara wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril. Ini menunjukkan bahwa perintah wajib sholat itu sangat penting. Sholat adalah satu rangka pokok iman.
3.      Motivasi untuk memiliki akhlak mulia. Sebab budi pekerti yang baik dapat dipakai sebagai ukuran tinggi rendahnya derajat manusia disisi Allah.
4.      Membangun pribadi kita dengan mengerjakan sholat lima waktu dengan khusu’, ikhlas dan tekun hanya karena Allah semata. Inilah sikap seorang muslim. Kita dituntut untuk turun ke bumi ini dengan membaka bekal sholat yang kokoh.

Jumat, 17 Agustus 2012

Aliran-Aliran Ilmu Kalam dan Dokrinnya



a.       Aliran Khawarij

Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.

Adapun yang dimaksud khhawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang shiffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompok boghot (pemberontak) Muawiyyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.

Rasulullah SAW wafat dan beliau tidak menentukan siapa penggantinya dan tidak pula menjelaskan bagaimana cara memilihnya. Maka dari itu kaum muslimin menghadapi persoalan yang sangat berat dan benar-benar akan menentukan sukses atau gagalnya kehidupan politik mereka di kemudian hari. Setelah Rasululloh SAW wafat, kaum muslimin merasa perlu untuk memikirkan penggantinya.

Dalam pertemuan di majlis bani sa’idah, segolongan kaum muslimin menyatakan bahwa khalifah itu harus dari golongan anshor. Sedang golongan lain berpendapat bahwa khalifah harus berasal dari golongan Muhajirin.

Ali bin Abi Thalib ra tidak hadir dalam pertemuan itu, sebab beliau beserta keluarganya tengah sibuk mempersiapkan pemakaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu setelah Abu Bakar dilantik ada beberapa sahabat yang kurang setuju, sehingga memunculkan pendapat ketiga, yaitu khalifah harus dari keluarga Nabi SAW. Keluarga Nabi yang paling pantas adalah Ali bi Abi Thalib. Sebab dialah orang yang pertama masuk Islam, dan suami Fatimah putri Nabi SAW.

Maksud fihak ketiga ini tidak mendapat tanggapan dari Ali ra dan akhirnya mengakui kekhalifahan Abu Bakar ra. Ketika Ustman ra menjadi khalifah, pendukung Ali ra mulai kurang senang, karena kebanyakan pembantu Ustman dalam pemerintahan dari keluarga umayyah. Jadi mereka ini memerintah sebagai golongan Umawy, bukan sebagai bangsa arab.

Pada akhir pemerintahan Ustman ra terdapat golongan yang bergerak dibawah tanah yang menuntut agar Ustman turun dari khalifah dan diserahkan kepada yang lain. Dalam gerakan ini terdapat pendukung Ali ra. Ketika Ustman terbunuh, maka mayoritas umat Islam melantik Ali ra. Akan tetapi pengangkatan Ali mendapat perlawanan dari sahabat Thalhah, Zubair dan Muawiyah, mereka menuduh Ali ikut terlibat dalam pembunuhan Ustman, atau setidaknya membiarkan Utsman terbunuh.

Dalam situasi yang gawat ini, ada sebagian sahabat yang tidak mau membai’at. Thalhah dan Zubair terbunuh dalam perang jamal. Sedangkan Muawiyah sulit dipatahkan karena memiliki tentara yang kuat. Antara Ali dan Muawiyah pernah terjadi perang ‘siffin’. Ketika Muawiyah merasa bahwa kekalahan akan menimpa dirinya, maka ia memerintahkan tentaranya untuk mengangkat Al Qur’an dengan tombak sebagai tanda minta damai dan al Qur’an sebagai pedomannya. Inilah yang melatar belakangi munculnya aliran Khawarij.

Khawarij artinya orang-orang yang keluar dari Ali bin Abi Tholib. Dan merupakan aliran teologi pertama yang muncul dalam dunia Islam. Aliran ini mulai timbul pada abad ke 1 H (abad ke 8 M) pada masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib. Kemunculannya dilatar belakangi  oleh adanya pertikaian politik antara Ali dan Muawiyah bin abi Sufyan. Muawiyah menolak memberikan baiat kepada Ali bin Abi Tholib yang terpilih sebagai khalifah sehingga Ali bin abi Tholib mengerahkan bala tentara untuk menggempur Muawiyah. Muawiyah juga mengumpulkan pasukannya untuk menghadapi Ali bin Abi Tholib. Kedua pasukan bertemu/berperang dengan nama perang shiffin.

Khawarij merupakan aliran / kelompok pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang shiffin dengan kelompok Bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khalifah. Golongan ini disebut juga : “as surat” (penjual) yaitu
golongan yang mudah menjual diri untuk Tuhan semata-mata, dengan mengambil firman Allah :

     Artinya :
      Dan di antara manusia ada yang menjual (mengorbankan dirinya) karena mencari kerelaan Allah. dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al Baqarah : 207)

Kelompok Khowarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada difihak yang benar karena Ali merupakan khalifah yang sah yang telah di bai’at mayoritas umat Islam, sementara Muawiyah berada difihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah. Menurut estimasi Khawarij, pihak Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyyah, kemenangan yang hamper diraih menjadi hilang.

Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud menolak permintaan itu. Namun karena desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At Tamimi dan Zaid bin Husein Ath-Tha’I, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al Asytar  (komandan pasukan) untuk menghentikan peperangan.

Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam) nya, tetapi orang-orang khawarij menolaknya. Mereka baralasan Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirimkan Abu Musa Al Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.

Dalam sejarah Islam, usaha perdamaian itu dikenal dengan “Majlis Tahkim” dalam persengketaan yang terjadi antara Ali dan Muawiyyah pada perang shiffin, suatu tempat di tepi sungai Efrat, hasil tahkim tersebut memunculkan kesepakatan bahwa Ali dipecat dari kursi kekhalifahan dan Muawiyyah ditunjuk sebagai penggantinya. Setelah Muawiyyah dilantik menjadi khalifah inilah muncul aliran Khawarij, Syi’ah dan Murji’ah. Bermula dari persoalan politik akhirnya berubah menjadi persoalan teologis.

b.      Doktri-Doktrin Pokoknya
Pada masa sebelum terjadi perpecahan di kalangan khawarij, mereka memiliki tiga pokok pendirian yang sama, yaitu : Ali, Ustman dan orang-orang yang ikut dalam peperangan serta orang-orang yang menyetujui terhadap perundingan Ali dan Muawiyyah,dihukumkan orang-orang kafir,
Diantara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah sebagai berikut :
1. Doktrin politik
a.       Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
b.      Khalifah tidak harus dari keturunan Arab
c.       Khalifah dipilih secara permanen selama bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam
d.      Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib adalah sah, akan tetapi setelah tahun ke tujuh dari kekhalifannnya, Ustman telah dianggap menyeleweng.
e.       Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah sah, akan tetapi setelah terjadi arbritase (tahkim), ia dianggap telah menyeleweng.
f.       Muawiyah dan amr bin Ash serta Abu Musa al-Asy’ari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.
g.      Pasukan perang jamal yang menyerang Ali bin Abi Thalib juga kafir.

2.  Doktrin Teologi
a.       Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh
b.      Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka
c.       Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
d.      Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga sedang orang yang jahat harus masuk neraka)
e.       Menerima Al Qur’an sebagai salah satu sumber diantara sumber-sumber hokum Islam lainnya.

3. Doktrin Sosial
    a. Amar ma’ruf nahi munkar.
    b. Memalingkan ayat-ayat Al Qur’an yang tampak mutasyabihat.
    c. Qur’an adalah makhluk.

   d. Manusia bebas memutuskan per
buatannya bukan dari Tuhan.
Keistimewaan aliran ini diantaranya adalah tekun dan taat beribadah serta ikhlas berperang untuk membela aqidahnya.

c.       Sekte –sektenya
Munculnya banyak cabang dan sekte khawarij ini diakibatkan banyaknya perbedaan dalam bidang aqidah yang mereka anut dan banyaknya nama yang mereka pergunakan sejalan dengan perbedaan aqidah mereka yang beraneka ragam itu. Asy-Syak’ah menyebutkan adanya delapan firqah besar, dan firqoh-firqoh ini terbagi lagi menjadi firqah-firqah kecil yang jumlahnya sangat banyak. Perpecahan ini menyebabkan gerakan kaum khawarij lemah, sehingga mereka tidak mampu menghadapi kekuatan militer Bani Umayyah yang berlangsung bertahun tahun. Sekte-sekte khawarij tersebut antara lain al-Azariqoh, al-Ibadiah, al Mukhakkimah, al-Najdat, al-Jaridah, al-Sufriyah dan Yazidiyah. Menurut Prof. Taib Thahir Abdul Mu’in, bahwa sebenarnya ada dua golongan utama yang terdapat dalam aliran khawarij yakni :
a)Sekte Al-Azariqoh
Nama ini diambil dari Nafi Al-Azraq pemimpin utamanya yang memiliki pengikut sebanyak dua puluh ribu orang. Dikalangan para pengikutnya, Nafi digelari “amir al mu’minin”. Golongan al Zariqoh dipandang sebagai sekte yang besar dan kuat dikalangan kaum khawarij.

Dalam pandangan teologisnya, al Azariqoh tidak menggunakan term kafir, tetapi menggunakan term musyrik atau politeis. Yang dipandang musyrik adalah semua orang yang tidak sefaham dengan ajaran mereka. Bahkan, orang Islam yang tidak ikut hijrah kedalam lingkungannya, dihukumkan musyrik.

Karena kemusyrikannya itu, kaum ini membolehkan membunuh anak-anak dan istri yang bukan golongan al Zariqoh. Golonga ini membagi daerah kekuasaan menjadi “dar al Islam”dan “dar al kufur”. Dar al Islam adalah daerah yang dikuasai oleh mereka dan dipandang sebagai penganut Islam sebenarnya. Sedangkan Dar al Kufur merupakan suatu wilayah atau Negara yang telah keluar dari Islam, karena tidak sefaham dengan mereka dan wajib diperangi.

b)Sekte Al-Ibadiah
Golongan ini merupakan golongan paling moderat dari seluruh sekte Khawarij. Nama golongan ini di ambil dari Abdullah ibnu Ibad yang pada tahun 686 M memisahkan diri dari golongan Al –Azariqoh.

Adapun faham-faham yang dianggap moderat antara lain ; orang yang tidak sefaham dengan mereka bukanlah mu’min dan bukanlah musyrik, tetapi kafir. Orang Islam demikian, boleh mengadakan hubungan perkawinan dan hokum waris. Syahadat mereka diterima dan membunuh mereka yang tidak sefaham dihukumkan haram.

Muslim yang melakukan dosa besar masih dihukumkan “Muwahid”, meng-esa-kan Tuhan tetapi bukan mu’min. Dan yang dikatakan kafir, bukanlah kafir agama tetapi kafir akan nikmat. Oleh karena itu, orang Islam yang melakukan dosa besar sudah berarti keluar dari Islam.

Harta kekayaan hasil rampasan perang yang boleh diambil hanyalah kuda dan senjata. Sedangkan harta lainnya seperti emas dan perak harus dikembalikan lagi kepada pemiliknya. Daerah orang Islam yang tidak sefaham dengan mereka, masih merupakan “dar at-tauhid” dan tidak boleh diperangi lagi.

4.1.      Aliran Murji’ah dan Doktrin-doktrinnya

a.      Murji’ah
Murji’ah adalah Salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriah, orang pertama yang membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi
Kata murji’ah berasal dari kata Arab arja’a yang artinya menunda. Aliran ini disebut Murjiah karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khilafah (kekhalifahan) setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin abi Sufyan. Kelompok Ali lalu terpecah pula ke dalam dua golongan yaitu golongan yang setia membela ali (disebut Syi’ah) dan golongan yang keluar dari barisan ali bin Abi Thalib (disebut Khawarij).

Aliran Murji’ah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya “kafir mengkafirkan” terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal ini dilakukan oleh aliran khawarij. Aliran ini menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar, masih dianggap mukmin dihadapan mereka.

Murji’ah adalah kelompok / aliran yang tetap pada barisan Ali bin Abi Thalib. Ada beberapa teologi yang berkembang mengenai kemunculan murji’ah, diantaranya :
1. Gagasan irja / arja dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan untuk menghindari sektarionisme.
2. Gagasan irja yang merupakan baris doktrin murji’ah, muncul pertama kali sebagai gerakan politik diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al Hasan bin Muhammad Al Hanafiyah.
Aliran ini timbul di damaskus pada akhir abad pertama Hijriyah. Golongan ini dinamakan Murjiah, karena lafadz itu berarti menunda atau mengembalikan.

Aliran ini disebut murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin abi Sufyan, dan kaum khawarij pada hari perhitungan kelak. Oleh karena itu,mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu.

Aliran ini beranggapan bahwa berbuat/melakukan dosa, tidak berbahaya apabila disertai iman seperti halnya melakukan taat adalah tidak berguna bila disertai kafir.

Dalam perkembangannya, aliran ini ternyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan teologis yang muncul pada waktu itu. Ketika itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang yang berdosa besar. Kaum murjiah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat dikatakan kafir selama ia tetap mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.

b.        Doktrin – Doktrin Murji’ah

Ajaran pokok murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis.
Berkaitan dengan doktrin teologi murji’ah, W. Montgomery Watt merincinya sebagai berikut :
a. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah memutuskannya kelak di akhirat.
b. Penangguhan Ali untuk menduduki ranking keempat dan peringkat Al- Khalifah Ar- Rasyidin.
c. Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
Abu A’la Al Maududi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran murji’ah, yaitu :
     a. Iman adalah pecaya kepada Allah dan rasulnya saja. Adapun perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman
     b.  Dasar keselamatan adalah iman semata
Istilah “member harapan” mengandung arti bahwa orang yang melakukan maksiat padahal dia seorang mukmin, imannya masih tetap sempurna.

Berdasarkan itu, maka inti dari faham Murji’ah adalah iman ialah mengenal Allah dan RasulNya, barangsiapa yang tidak mengenal “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya”. Ia mukmin sekalipun melakukan dosa besar.

Amal perbuatan bukan merupakan bagian dari iman, sebab iman adanya dalam hati. Sekalipun melakukan dosa besar, tidak akan menghapus iman seseorang, tetapi terserah Allah untuk menentukan hukumnya.

c.       Sekte-sekte Murji’ah

Kaum Murji’ah pecah menjadi beberapa golongan kecil. Namun pada umumnya aliran murji’ah terbagi kedalam dua golongan besar, yakni golongan moderat dan golongan ekstrim.

Golongan murji’ah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum sesuai dengan besar kecilnya dosa yang dilakukan. Sedangkan murji’ah ekstrim yaitu pengikut Jahm ibnu Sofwan. Berpendapat bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya di dalam hati. Bahkan orang yang menyembah berhala, menjalankan agama Kristen atau yahudi sampai ia mati, tidaklah menjadi kafir. Orang yang demikian menurut pandangan Allah tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna imannya.
  
4.2.  Aliran Syi’ah dan Doktrin-doktrinnya
 

    Syi’ah menurut bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok. Sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang disebut ahli al-bait.

Mengenai kemunculan Syi’ah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli,diantaranya:
Abuzahrah Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Ustman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Kalangan Syi’ah Kemunculan Syi’ah berkaitan dengan pengganti (khilafah) nabi SAW. Mereka menolak pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ustman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak menggantikan nabi. Bukti utama tentang syahnya Ali sebagai penerus Nabi………..

Menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika terjadi peperangan antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan perang siffin. Dalam peperangan ini, Ali menerima arbitrase yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali kemudian terpecah menjadi dua satu kelompok mendukung Ali, kelompok ini kelak disebut Syi’ah dan kelompok yang tidak mendukung sikap Ali, kelompok ini kelak disebut khawari

Aliran syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Tholib dan keturunannya adalah imam-imam para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW.
menurut lughowi/bahasa kata syiah berarti pengikut, kelompok atau golongan. Seperti yang terdapat dalam surat ash-saaffat ayat 83 :

Artinya : Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar Termasuk     golongannya (QS.Ash-saaffat : 83 )

Paham Syiah dianut oleh sekitar dua puluh persen dari umat Islam dewasa ini. Penganut paham Syiah tersebar di Negara-negara Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan, India, Libanon, Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, bekas Negara Uni Soviet, serta beberapa Negara Amerika dan Eropa.

Golongan Syi’ah terdiri dari 22 sekte, sebagian mengkafirkan bagian lainnya dan sekte yang terkenal ada empat yakni Itsna ‘Asyariyah, Sab’iyah, Zaidiyah dan Ghulat.
   
     I. Syi’ah Istna Asyariyah (Syi’ah Dua Belas / Syi’ah Imamiyah)
1. Asal Usul Penyebutan Imamiyah dan Syi’ah Itsna Asyariyah
Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pimpinan religio politik.
Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat nabi Muhammad. Adapun Al Ausia
(penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adalah keturunan dari garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang telah disepakati. Setelah Husen adalah Zaenal bin Abidin, kemudian secara berturut-turut M.Al-Baqir, Abdullah Ja’far Ash-Shidiq, Musa Al-Kahzim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan.  Al-Mahdi sebagai imam kedua belas. Kedua belas imam tersebut dikenal dengan sebutan Itsna Asyariyah.

2. Doktrin–Doktrin Itsna Asyariyah
    Didalam sekte Syi’ah Asyariyah dikenal konsep ushul addin. Konsep Ushuluddin mempunyai lima akar:
     a.TauhidUn (TheDevineity)
     Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendiri-Nya. Tuhan adalah qodim. Tuhan tidak membutuhkan sesuatu, Ia berdiri sendiri tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
     b.Keadilan (the Devine Justice)
     Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini merupakan keadilan. Tuhan tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidakmampuan dan sifat ini jauh dari kkeabsolutan dan kehendak Tuhan.

     Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan, pendengaran dan indra lainnya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Jadi, manusia dapat memanfaatkan potensi berkehendak sebagai anugrah Tuhan untuk mewujudkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
     c.Nubuwwah (Apostleship)
     Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun petunjuk dari manusia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan yang baik dan yang buruk. Dalam keyakinan syi’ah itsna asy’ariyah, Tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia.

     Syi’ah itsna asy’ariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak Adam sampai Muhammad dan tidak ada nabi atau rasul setelah Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al Qur’an jauh dari tahrif, perubahan atau tambahan.
     d.Ma’ad(The Last day)
     Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan Tuhan diakhirat. Setiap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
     e.Imamah(The Devine Guidance)
     Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.

     Dalam sisi yang bersifat mahdah, Syiah Itsna Asy’ariyah berpijak pada delapan cabang agama yang disebut dengan furu ad-din. Delapan cabang tersebut yaitu sholat, puasa, zakat, khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad, amar ma’ruf dan nahi munkar.

   II. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ahTujuh)

1. Asal Penyebutan Syi’ah Sab’iyah
           Istilah Syi’ah Sab’iyah memberi pengertian bahwa Syi’ah Sab’iyah   hanya mengakui tujuh imam,yaitu:
v Ali
v Hasan
v Husein
v Ali Zaenal Abidin
v M. Al-Baqir
v Ja’far Ash-Shiddiq
v Isma’il bin Ja’far

Aliran ini dipelopori oleh Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam, tetapi jiwanya masih tetap dalam kepercayaan Yahudi.
Syiah Sab’iyah disebut juga dengan syi’ah Ismailiyah karena menisbatkan pada imam ketujuh Ismail bin Ja’far Ash shadiq yang dalam syi’ah Itsna Asy’ariyah dibatalkan karena disamping ia dipandang memiliki kebiasaan tak terpuji juga karena ia wafat mendahului ayahnya.

2. Doktrin Imamah Dalam Pandangan Syi’ah Sab’iyah
     Para pengikut Syi’ah Sab’iyah percaya bahwa Islam dibangun oleh tujuh pilar. Tujuh pilar tersebut adalah iman, thaharah, salat, shaum, haji,dan jihad.
     Dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah imam hanya dapat diterima sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui walayah (kesetiaan) kepada imam zaman. Imam adalah seseorang yang menuntun umatnya kepada
     pengetahuan(ma’rifat).
Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah sebagaiberikut:
     a. Imam harus dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan ahlul bait.
b. Pengikut Mukhtar Ats Tsaqafi mempropagandakan bahwa
keimaman harus dari keturunan Ali melalui pernikahannya  dengan seorang wanita   daribaniHanifah.
c. Imam harus berdasarkan dari penunjukan / nas.
d. Keimaman jatuh pada anak tertua.
     e. Imam harus maksum (immunity from sin an error).
f. Imam harus dipegang oleh seorang yang paling baik (best of man)

Doktrin tentang imam menempati posisi sentral dalam syi’ah sab’iyah. Kepatuhan dan pengabdian kepada imam dipandang sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci imam. Sab’iyah meyakini bilangan tujuh dan mereka meyakini bahwa setiap nabi mempunyai tujuh pelaksana. Bila dibandingkan dengan aliran syi’ah yang lain, sab’iyah sangat ekstrim dalam menjelaskan kemaksuman imam. Kelompok ini berpendapat bahwa imam walaupun kelihatan melakukan kesalahan dan menyimpang dari syari’at, ia tidak menyimpang karena mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki manusia lainnya.

Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri imam. Oleh karena itu imam harus disembah.

Menurut Sab’iyah Al Qur’an memiliki makna batin selain makna lahir. Segi-segi lahir atau tersurat dari syri’at itu diperuntukkan untuk orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memilki kesempurnaan rohani. Berbeda dengan orang-orang tertentu yaitu para imam yang memiliki ilmu zahir dan ilmu batin.

Aliran ini memiliki prinsip ta’wil. Misalkan Sab’yah mena’wilkan Al Qur’an tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam. Bahkan, ada yang menggugurkan kewajiban ibadah.

Mengenai sifat Allah, sebagaimana halnya Mu’tazilah, Sab’iyah meniadakan sifat dari zat dzat Allah. Menurut mereka penetapan sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.
  
III. Syi’ah Ghulat
1.      Asal-Usul Penamaan Syi’ah Ghulat
Syi’ah Ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sifat berlebih-lebihan atau ekstrim. Gelar ekstrim (Ghuluw) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan juga ada beberapa orang yang dianggap rasul setelah Nabi Muhammad. Selain itu, mereka mengembangkan doktrin-doktrin ekstrim seperti tanasukh, hulul, tasbih dan ibaha.

Sekte-sekte yang terkenal antara lain :
- Sabahiyah
- Kamaliy
- Albaiyah
- Mughriyah
- Mansuruyah
- Khattabiyah
- Khayaliyah
- Hisamiyah
- Nu’miyah
- Yunusiyah
- Nasyisiyah wa Ishafiyah
Nama-nama sekte ini diambil dari nama tokoh yang membawa atau yang memimpinnya. Pada awalnya sekte-sekte ini satu, yakni faham yang mengajarkan Ali adalah Tuhan. Kemudian mereka berbeda prinsip dan ajaran. Namun, seluruh sekte ini pada prinsipnya menyepakati ajaran tentang hulul dan tanasukh.

         Diantara pendapat aliran ini, antara lain :
a.       Ali dianggap sebagai Tuhan, sebagaimana ia berkata kepada Ali : “Engkaulah Tuhan yang sebenarnya”.
b.      Ali tetap hidup, tidak mati. Dan yang terbunuh itu Ibnu Muljam.
c.       Ali ra berada di awan. Halilintar guruh adalah suara Ali dan kilat adalah cambuk atau cemeti beliau.
d.      Ali akan turunke bumi sebelum hari kiamat, dan akan membawa keadilan memenuhi bumi.
e.       Tuhan menitis kepada para imam sesudah Ali.
     2. Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat
Menurut Syahratsani, ada empat yang membuat mereka ekstrim, yaitu
a.    Tanasukh
Keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad Yang lain. Mereka menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga ada yang menyatakan seperti  Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far bahwa roh Allah berpindah pada Adam seterusnya kepada imam-imam secara turun temurun.
b.   Bada’
Keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya sejalan dengan  perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dengan sebaliknya
c.    Raj’ah
        Ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat    mempercayai bahwa imam Mahdi Al Muntazdar akan datang ke   bumi. Ajaran raj’ah dan Mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh syi’ah.
d.      Tasbih
 Artinya menyerupakan/mempersamakan. Syi’ah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan   menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan tanasukh dengan khalik.
        Moojan Momen menambahnya dua, yaitu :
1.    Hulul Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu manusia. Bagi Syi’ah Ghulat hulul berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus di sembah.
2.    Ghaiba, Menghilangnya Imam Mahdi. Ghaiba merupakan kepercayaan syi’ah bahwa imam mahdi itu ada dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.

           IV. Syi’ah Zaidiyah
1.      Asal usul penamaan Zaidiyah
 Syi’ah Zaidiyah adalah aliran yang mengikuti Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib ra sebagai imam kelima. Beliau di bai’at di kufah pada waktu pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik. Mereka berpendapat bahwa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab adalah syah dari sudut pandang Islam. Mereka tidak merampas kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib. Selain itu mereka juga tidak mengkafirkan seorangpun sahabat.
 Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib memiliki pendirian bahwa :
a.       Pimpinan Negara harus di tangan keturunan Fatimah.
b.      Dalam dua Negara boleh terdapat dua imam yang memenuhi persyaratan dan masing-masing wajib ditaati.
c.       Boleh mengangkat imam yang baik meskipun ada yang lebih baik.
d.      Tidak mempercayai takhayul-takhayul yang melekat pada diri imam sehingga mendekatkan pada sifat ketuhanan.

Syi’ah Zaidiyah ini adalah madzhab Syi’ah yang paling moderat dan paling dekat dengan madzhab ahli sunnah. Hal ini mungkin karena Zaid pernah berguru kepada Washil bin Attha’.

2.      Doktrin Imamah Menurut Syi’ah Zaidiyah
Imamah merupakan doktrin fundamentalis dalam syi’ah secara umum. Berbeda dengan doktrin imamah yang dikembangkan Syi’ah lain, Syi’ah Zaidiyah mengembangkan doktrin imamah yang tipikal. Zaidiyah menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi SAW telah ditentukan nama dan orangnya oleh Nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan sekte Syi’ah lain yang menganggap Ali sebagai orang yang telah ditunjuk Nabi untuk menjadi imam setelah Nabi wafat.

Syi’ah Zaidiyah berpendapat seorang imam setidaknya harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut, pertama,  merupakan keturunan ahl al-bait baik melalui garis Hasan maupun Husain. Kedua, memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang. Ketiga, memiliki kelebihan intelektualisme yang dapat dibuktikan dengan ide dan karya dalam bidang keagamaan.

Selain menolak berbagai doktrin tentang kekuatan adikodrati para imam, mereka juga mengingkari sifat ke ilahian para imam. Imam bagi mereka adalah pemimpin dan guru bagi kaum muslim yang aktif ditengah kehidupan dan berjuang secara terang terangan demi cita-citanya.

3.      Doktrin Syi’ah Zaidiyah yang lain
Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab adalah syah karena mereka tidak merampas kekuasaan dari tangan Ali bin Abi Thalib.

Penganut Syi’ah Zaidiyah  percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam neraka jika ia belum bertaubat dengan taubat yang sebenarnya. Mereka juga menolak nikah mut’ah (temporer). Nikah mut’ah merupakan salah satu jenis pernikahan yang dihapuskan pada masa Nabi, yang pada perkembangannya dihapus kembali oleh khalifah Umar bin Khathab. Penghapusan ini jelas ditolak oleh kalangan Syi’ah kecuali syi’ah Zaidiyah. Oleh Karena itu sampai sekarang kecuali golongan Syi’ah Zaidiyah, kaun Syi’ah masih mempraktekkan nikah mut’ah. Mereka juga menolak doktrin taqiyah, padahal ini merupakan doktrin penting dalam Syi’ah.

Dalam bidang ibadah Syi’ah Zaidiyah tetap cendrung menunjukkan symbol dan amalan Syi’ah pada umumnya. Misalnya, dalam cara adzan mereka member selingan ungkapan hayya ‘ala khair al-amal. Takbir sebanyak lima kali dalam shalat jenazah, menolak syahnya mengusap kaos kaki (maskh al-khuffaini), menolak imam shalat yang tidak sholeh dan menolak binatang sembelihan non muslim.

4.3.      Aliran Jabariyah dan Doktrin-doktrinnya

1. Asal-usul Aliran Jabariyah
Paham Jabariyah lahir di Khurasan, Iran, pada paruh pertama abad ke-2 H/ke-8 M, yang dipelopori oleh Ja’ad bin Dirham (w.124 H/742 M).
Nama Jabariyah berasal dari jabara yang yang mengandung arti memaksa. Menurut al-Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Di dalam Al Munjid, dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabaro yang berarti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Dengan kata lain manusia melakukan perbuatannya dengan keadaan terpaksa.

Aliran jabariyah adalah golongan yang menentang golongan qadariyah. Yang mula-mula membangun gerakan ini adalah Ja’ad bin Dirham kemudian disebarkan oleh  Jaham bin Shofwan, maka gerakan ini disebut Jahamiyah.

Aliran Jabariyah diduga telah ada sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka, ketergantungan mereka kepada alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Selanjutnya mengembangkan pahamnya sesuai dengan perkembangan masyarakat pada masa itu.

     Faham Al-Jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al-Husain bin Muhammad An-Najr dan Ja’ad bin Dirrar.
Faham Al-Jabar sejak awal periode Islam. Benih-benih itu terlihat pada masa Rasulullah tentang Taqdir dan Qadha’ Qadar. Namun Al-Jabar sebagai pola pikir dan aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan baru terjadi pada pemerintahan Daulah bani Umayyah.
    
     Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariyah, ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu agama Yahudi bermadzhab Qurro dan agama Kristen bermadzhab Yacobit.

     Menurut pandangan aliran Jabariyah, hidup manusia sudah ditentukan sebelumnya oleh Allah SWT. Perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan dalam diri manusia. Dalam paham ini, manusia diciptakan dalam keadaan terbelenggu (majbur), tidak mempunyai kebebasan untuk berikhtiar, dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apapun. Manusia tidak memiliki daya melakukan sesuatu tanpa digerakkan oleh Tuhan yang memiliki daya. Dalam pandangan jabariyah, manusia tidak ubahnya seperti kapas melayang-layang di udara, terbang ke mana pun ia diterpa angin, tidak memiliki kemauan dan kekuatan untuk mempertahankan diri, atau dapat pula diumpamakan seperti wayang yang hanya dapat bergerak kalau digerakan oleh dalang.

2. Jabariyah dan Doktrin-Doktrinnya
Menurut Asy Syaratsani, Jabariyah dapat dikelompokkan mejadi dua bagian, ekstrim dan moderat.
a. Ekstrim
        Doktrin Jabariyah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan
        manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Misalnya kalau seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu terjadi bukan terjadi atas kehendak sendiri, tetapi timbul karena qodho dan qodar Tuhan yang menghendaki demikian.

Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut :
1. Jahm bin Sufyan
          Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari Khurasan, bertempat tinggal di kuffah, ia seorang da’I yang fasih dan lincah. Ia ditawan kemudian dibunuh secara politis tanpa kaitannya dengan agama.

Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut :
Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan.
Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain Tuhan.
Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini konsepnya sama dengan konsep iman yang dimiliki kaum Murji’ah.
Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha suci dari segala sifat dan kemiripan dengan manusia seperti bicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak bisa dilihat oleh mata manusia kelak di akhirat.
2.Ja’ad bin Dirham
Ja’ad adalah seorang maulana bani hakim, tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan di dalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Setelah pemikirannya yang controversial Ja’ad dilarang mengajar di  lingkungan pemerintahan Bani Umayyah.

Doktrin pokok yang secara umum sama dengan pikiran Jahm, Al-Ghurabi menjelaskan sebagai berikut :
  Al Qur’an adalah makhluk. Oleh karena itu dia baru. Sesuatu yang baru tidak dapat disifatkan kepada Allah.
Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk. Seperti berbicara, melihatdanmendengar.
 Manusia dipaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

b. Moderat
        Jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia. Tetapi manusia mempunyai bagian didalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk untuk mewujudkan perbuatannya.  
        Yang termasuk tokoh Jabariyah Moderat adalah sebagai berikut :
1. An Najjar
Nama lengkapnya Husain bin Muhammad An Najjar (w. 230 H). Para pengikutnya disebut An Najjariyah atau Al Husainiyah. Diantara pendapat-pendapatnya adalah:
 
* Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Inilah yang disebut kasab, menurut faham kasab manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan).
·          Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat, tetapi An Najjr menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensihati (ma’rifat) pada mata, sehingga manusia dapat melihat Tuhan.
                 
2.      Adh-Dhihar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husain an Najjr, yakni manusia tidak hanya seperti dalang yang digerakkan oleh dalang, tetapi manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya.
    Diantara pendapat-pendapatnya adalah :
 •Suatu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya    ditimbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.
•Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
•Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indra keenam
•Hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah Ijtihad.
•Hadist ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan
                   hukum.
    
4.5. Aliran Qodariyah dan Doktrin-doktrinnya

1.      Qodariyah
Dalam sejarah, paham Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul dalam sejarah. Para mutakallimin (teolog) menyebutkan bahwa aliran Qadariyah mulai timbul dan berkembang dibawah kepeloporan Ma’bad al-Juhani (w.80 H/700 M).

Qadariyah berasal dari pengertian  bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada kadar dan qada Tuhan. Dalam istilah inggrisnya, paham ini selanjutnya dikenal dengan nama free will dan free act, berpendapat bebas dalam kemampuan dan bebas dalam berbuat. Salah satu aliran kalam/teologi Islam yang tidak mengakui adanya kadar bagi Allah SWT. Aliran ini timbul kira-kira pada tahun 70 H di Iraq pada zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

Qodariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan Manusia tidak diintervensi olehTuhan. Menurut Ahmad Amin ada ahli teologi yang mengatakan bahwa Qodariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al Jauhari dan Ghailan Ad Dimasyqi.

Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qodariyah berasal dari pengertian  bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan keinginannya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah.

Menurut ilmu nabatah dalam kitabnya Syarh Al Uyun mengatakan bahwa yang pertama kali memunculkan faham Qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi keagama Kristen(Susan).
Para peneliti kesulitan untuk menentukan persoalan pertama kalinya muncul Qodariyah , karena penganut Qodariyah kala itu banyak sekali, diantaranya:
a.       Sebagian terdapat di Irak, buktinya bahwa gerakan ini terjadi pada
pengajian Hasan Al Basri.
            b.  Sebagian lain berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus.
 
      Diduga disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang  banyak dipekerjakan di istana-istana khalifah. Faham ini mendapat tantangan keras dari umat Islam, karena faham Qodariyah di anggap bertentangan dengan doktrin Islam, selain itu faham ini mendapat kecaman dan tantangan dari pemerintah, pada saat itu pejabat pemerintahan menganut faham Jabariyah.

2. Doktrin-Doktrin Qodariyah.

    Diantara doktrin-doktrin Qodariyah adalah sebagai berikut :
a. Manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri yang menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
b. Segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Seseorang
diberi ganjaran baik dengan balasan surga dan diberi ganjaran siksa dineraka kelak di akhirat itu berdasarkan pilihannya sendiri, bukan karena takdir Tuhan.
c.Takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan bagi alam semesta beserta seluruh isinya. Yaitu hukum yang dalam Al Qur’an disebut dengan sunnatullah.
d.Manusia memiliki takdir  yang tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat banyak, kecuali mengikuti hukum alam. Tetapi manusia memiliki daya fikir yang kreatif, yang dapat membantunya melakukan apa saja sesuai keinginannya.

Berikut beberapa ayat Al Qur’an yang dijadikan pedoman oleh faham Qodariyah :
  
Artinya: “Katakanlah, kebenaran dari Tuhanmu. Barang siapa yang mau beriman, berimanlah dia dan barang siapa ingin kafir, biarlah ia kafir.” (Q.S. Al Kahfi [18]: 29)

3
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa, kecuali jika mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” (Q.S. Ar Ra’d [13]: 11)


4

Artinya: “Dan barang siapa melakukan suatu dosa, maka sesungguhnya ia melakukannya untuk merugikan dirinya sendiri, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. An Nisa [4]: 111)

4.6. Aliran Asy’ariyah dan Doktrin-doktrinnya

a.      Riwayat Singkat Al-Asy’ari

Al-Asy’ari lahir di Bashrah tahun 260 H / 875 M dan wafat di Baghdad tahun 324 H/ 935M.Sepeninggal ayahnya, Al-Asy’ari di didik oleh ayah tirinya (Abu Ali bin Jubba’i). Berkat didikan ayah tirinya, Al-Asy’ari menjadi tokoh Mu’tazilah.
Setelah berusia 40 tahun, Al-Asy’ari meninggalkan faham Mu’tazilah karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang memperingatkan agar meninggalkan Mu’tazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan beliau sebanyak tiga kali.

Pendirian Al-Asy’ari merupakan tali penghubung antara dua aliran fikiran Islam, adalah aliran lama (textralist), dan aliran baru (rasionalis). Akan tetapi sesudah wafatnya, aliran Asy’ariyah mengalami perubahan yang cepat. Kalau pada permulaan berdirinya kedudukannya hanya sebagai penghubung antara kedua  aliran tersebut, maka pada akhirnya aliran Asy’ariyah lebih condong kepada segi akal pikiran semata-mata dan memberinya tempat yang lebih luas daripada nas-nas itu sendiri.

 Mereka sudah berani mengeluarkan keputusan, bahwa ”akal menjadi dasar naqal (nas)” karena dengan akallah kita menetapkan akal pikiran dengan naqal berarti pembatalan dasar (pokok) dengan cabangnya, yang berakibat pula pembatalan pokok dan cabangnya sama sekali. Oleh karena sikap tersebut, maka ahlussunah tidak dapat menerima golongan Asy’ariyyah, bahkan memusuhinya, sebab dianggap sesat (bid’ah). Kegiatan mereka  sudah adanya permusuhan ini menjadi berkurang, sehingga datang Nizamul mulk (wafat 485H/1092M), seorang menteri Saljuk, yang mendirikan dua sekolah terkenal dengan namanya yaitu Nizamiyyah di Nizabur dan Baghdad, dimana hanya aliran Asy’ariyyah saja yang boleh diajarkan. Sejak itu aliran Asy’ariyyah menjadi aliran resmi negara, dan golongan Asy’ariyyah menjadi golongan Ahli Sunnah.

b.      Doktrin-Doktrin Teologi Al-Asy’ari

Pemikiran –pemikiran Al-Asy’ari yang terpenting adala
h
       
a. Allah mempunyai sifat-sifat (seperti mempunyai tangan dan kaki), dan ini tidak boleh diartikan secara harfiah melainkan secara simbolis.
b. Sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip
c. Allah adalah pencipta perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya
d. Baik dan buruk harus berdasarkan pada wahyu.
e. Walaupun Al Qur’an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak Qadim
f. Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat di gambarkan
g. Allah itu adil dan Dia tidak memiliki keharusan apapun karena
    ia adalah penguasa mutlak.
ALIRAN MATURIDIYAH
Yuk…kita pelajari!!!!!
h. Orang mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.

4.7. Aliran Maturidiyah dan Doktrin-doktrinnya

a.      Riwayat Singkat Al-Maturidi

Abu Mansur Al-Maturidi di lahirkan di Maturid (Samarkand), sekitar abad ke-3 H dan wafat pada
tahun 333H / 944M.
Karir pendidikannya lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi. Ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam  menghadap faham-faham teologi yang banyak berkembang pada masyarakat Islam pada masa itu.

Aliran maturidiyah tergolong ahli sunnah dan fikiran-fikirannya dalam soal-soal kepercayaan kepada fikiran-fikiran Imam Abu hanifah yang tercantum dalam kitabnya “Al-Fiqh al-Akbar” dan al-Fiqh al-Absat” dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab tersebut.

Dengan demikian maturidiyah lebih mendekati golongan Mu’tazilah. Kalau kita perbandingkan aliran-aliran kepercayaan dalam Islam dan kita urut-urutkan menurut kebebasan pemikirannya, maka dapat kita urutkan diantaranya : 1. Aliran Mu’tazilah 2. Maturidiyah 3. Asy’ariyyah 4. Ahli Hadits.

Pada perkembangannya kemudian aliran Asy’riyah dan maturidiyah disebut dengan ahli sunnah wal jama’ah yaitu golongan umat Islam yang dalam beraqidah mengikuti imam Abu Hasan Al Asy’ri dan Imam Abu Mansyur Al Maturidi. Dalam beribadah mengikuti salah satu dari imam-imam madzhab empat (Hambali, Hanafi, Maliki dan Syafi’i), dan dalam berakhlak tashawuf mengikuti imam Al Junaid Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali serta imam-imam lain.

b.             Doktrin Doktrin- Al-Maturidi

Adapun doktrin-doktrin Al-Maturidi adalah sebagai berikut :
        
a.  Mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat   diketahui dengan akal.
b.   Penentu baik dan buruknya terletak pada sesuatu itu sendiri
c.   Perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan.
 d.   Kehendak Tuhan tidak sewengang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dankehendaknya itu berlangsung dengan hikmah dan keadilan yang sudah di tetapkan-Nya sendiri.
e.   Sifat-sifat Tuhan itu Mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah
f.  Tuhan dapat dilihat (di akhirat) dengan mata, karena Tuhan mempunyai wujud walaupun immaterial.
g.   Kalau nafsi adalah sifat Qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist)
h.  Setiap perbuatan Tuhan yang bersifat mencipta atau kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendakiNya
i.     Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi.disebut