Ketika kita lahir kedunia, tak ada
seorangpun diantara kita yang membawa sehelai kainpun, bahkan selembar
benangpun tak ada yang melilit pada diri kita, artinya kita lahir tanpa
membawa apa-apa, artinya kita selaku manusia lahir kedunia ini tanpa
persiapan apa-apa, hanya kita diberi modal oleh Allah berupa potensi
fisik, akal dan hati. Pontensi inilah yang diberikan oleh Allah kepada
kita sehingga kita mempunyai kemampuan untuk melakukan aktivitas dalam
lapangan kehidupan sehingga ada diantara kita yang diberikan reki oleh
Allah swt, melampaui reski orang lain, bahkan pemberian reski Allah ini
tidak terbatas kepada materi saja, termasuk inmaterial sebagaimana
firman ALlah dalam surah Lukman :20
Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya
Allah Telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan
apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.
dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa
ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Nikmat yang diberikan oleh Allah swt sesungguhnya sudah tidak terhitung lagi, sebagaimana firman Allah swt, dalam AL-qur’an :
“ Jika kamu mau menghitung nikmat Allah swt yang diberikan kepadamu niscaya kamu tak Akan mampu menghitungnya”
Untuk itu Allah swt menyuruh kita untuk
senangtiasa mengsyukuri nikmat yang diberikan kepada kita, karena ketika
kita bersyukur kepada Allah maka Allah akan senangtiasa menambahkan
nikmatnya kepada kita semua sebagaimana firman-Nya
“ jika kamu bersyukur maka Allah akan senangtiasa menambahkan nikmatnya kepada kita semua”
Cara kita bersyukur kepada Allah swt,
adalah dengan cara shalat dan berkurban ,sebagaimana Firman Allah dalam
surah Al-Kautsar : 1-3
Sesungguhnya kami Telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah[1605].Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah
yang terputus[1606].
Menurut Allah setelah kita diberikan
nikmat yang begitu banyak, lakukanlah shalat dan berkurbanlah. Ibadah
shalat adalah suatu bukti kesyukuran kita kepada Allah swt.sekaligus
bentuk ketundukan seorang hamba kepada Khaliknya, juga sebagai bekal
untuk kita diakhirat kelak inysa Allah, tentu ibadah shalat ini tidaklah
memerlukan modal yang terlalu banyak, itupun masih terlalu banyak
diantara ummat ini yang tidak melakukannya dan membiarkan waktu-waktu
shalat itu berlalu begitu saja tanpa mereka melakukannya. Bukti
kesyukuran kita selanjutnya yang cukup memerlukan pegorbanan harta
adalah berkorban atau udhuhiyah, yaitu mengalirkan darah atau memotong
hewan pada hari raya idul fitri dan 3 hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12
dan 13 Zulhijjah, yang diminta oleh Allah kepada kita untuk dikorbankan
tidaklah teralu banyak jika dibandingkan dengan apa yang selama ini
diberikan oleh Allah kepada kita semuanya, ya mungkin sekitar 1 – 1,5
juta , dan yang diminta Allah ini sesungguhnya juga adalah harta Allah
yang dititipkan kepada kita semua, jadi sungguh naïf jika ada orang yang
sangat kikir kepada orang yang selama ini memberinya.
Coba banyangkan bagaimana pegorbanan Nabi
Ibrahim As , dimana Nabi Ibrahim as telah rela mengorbankan anaknya
yang sangat ia sayangi, betapa tidak Nabi Ibrahim yang sudah mulai
tua, tulang-tulangnya sudah mulai lemah, umur sudah mulai uzur belum
juga dikaruniai anak tetapi beliau tidak berputus asa ia selalu memohon
kepada Allah agar ia dikarunia anak yang saleh , seperti doa beliu
dalam surah asshaf : 100
Ya Allah anugrhilah kami anak yang saleh
Kemudian Allah swt menganugerahi anak yang saleh, sebagaimana firman Allah dalam surah As-shaaf : 101
Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar[1283].
Bagaimana bukti kesabarannya, ketika
Allah swt memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk
menyembelih anaknya, dalam suatu dialog Allah sampaikan kepada kita,
dengan sangat lengkap yaitu ketika Nabi Ibrahim menyampaikan kepada
Anaknya :
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya Telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya ).Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu
Telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar[1285].
Kalau Nabi Ibrahim rela mengorbankan
anak yang dicintai , maka yang diminta oleh Allah kepada kita bukanlah
anak yang kita cintai untuk dikorbankan tetapi hanya sedikit harta yang
dititipkan oleh Allah kepada kita, bagi kita yang ada kemampuan kemudian
tidak melakukannya , Maka Rasululah menyampaikan kepada kita agar
mereka itu tidak usa dating melakukan shalat sebagaimana kata Rasululah
dalam hadits:
“ Barang siapa yang memiliki kemampuan untuk berkorban kemudian tidak berkorban maka tidak usa ia dating ketempat kita shalat!
Begitu pentingnya berkuban sampai-samapai orang yang tidak
mau melakukan kurban dilarang oleh Nabi untuk dating shalat, artinya
sekalipun kita shalat maka shalat kita itu sia-sia, karena berkorban itu
salah cara untuk memberikan harta kepada orang yang miskin, sementara
orang yang enggang memberikan makan kepada orang miskin disebut sebagai
pendusta Agama seperti firman Allah dalam surah Al-maun : 1- 3
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, Dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin.
Saudarku , mari kita berusaha untuk
melakukan kurban, mudah-mudahan harta yang kita kurban akan diganti oleh
Allah dengan yang lebih banyak dan lebih berberkah! Amin